Selasa, 18 Maret 2008

Pengalaman Remaja

Aku duduk diantara kedua temanku. Kami duduk melingkar dan di tengah-tengah kami tersedia sebuah permainan yang pada saat itu sedang banyak digemari oleh anak-anak seusia kami, yakni usia 12 tahun. Permainan itu kami sebut dengan "Monolopi". Ketika kami sedang asik bermain tiba-tiba salah satu temanku menegurku: "Fatma, celana kamu kok merah gitu?? Berdarah!!". Aku pun tersentak dengan perkataannya dan berkata "Ini bukan darah,,tapi noda tauu!!". Akhirnya kami pun terus melanjutkan permainan hingga selesai.
Beberapa jam kemudian aku pun pulang ke rumah dan segera mandi sore. Pada saat itulah terjadi suatu hal yang membuatku takut. Mengapa tidak?? aku melihat sebercak darah menempel di underwearku. Kaget sekali pada saat itu dan yang terlintas dibenakku ialah penyakit apa yang sedang hinggap di dalam diriku ini. Aku teringat perkataan temanku tadi,, ternyata ini benar-benar darah dan bukan sebuah noda seperti apa yang aku katakan padanya. Wah,,hatiku semakin tak menentu. Otakku pun berusaha berpikir keras namun tak berhasil karena pikiranku sudah dipenuhi oleh rasa panik.
Beberapa menit kemudian aku putuskan untuk menceritakan kejadian itu pada orang tuaku. Awalnya aku sangat takut menceritakan kejadian itu,,namun aku juga takut akan terjadi sesuatu pada diriku jika aku tidak menceritakannya kepada orang tuaku. Akhirnya, aku pun mengumpulkan keberanian untuk menceritakan kejadian itu.
Setelah aku menceritakan kejadian itu pada kedua orang tuaku,, abi (panggilanku pada bapak) tertawa memdengarnya sembari berkata "anak abi udah baligh,,udah jadi seorang gadis". aku masih termenung mendengar perkataannya. ibuku pun turut bicara: "Kamu ga inget?? setiap perempuan pasti mengalami haid".
Yak..aku pun teringat cerita pertama kali ibu mengalami menstruasi.. sebelum ibu melanjutkan perkataannya aku pun berteriak kegirangan.."HORREEEE...aku 'dapet' (sebutan lain dari menstruasi/haid)!!" yupz,, aku pun mengerti apa yang sedang terjadi pada diriku adalah suatu awal perubahan pada diriku bukan jangkitan suatu penyakit. Perasaan panik tadi pun hilang seketika dan menjadi rasa kebahagiaan. Aku bahagia karena aku tidak terjangkit penyakit apa pun dan karena aku tidak akan dianggap sebagai anak kecil lagi oleh kedua orang tuaku.
Namun,, kedua orang tuaku pun tak lupa mengingatkan kewajiban seorang yang sudah baligh. Pada saat itu aku hanya mendengarkannya saja tanpa memahaminya karena aku sudah kepalang senang bahwa aku tidak akan dicap sebagai anak kecil lagi oleh orang tuaku terutama oleh kakak-kakakku yang selama itu selalu menganggap aku sebagai anak kecil.
Aku memang baru berusia 12 tahun,,masih dapat dikategorikan sebagai anak kecil apalagi tubuhku yang kecil ini sangat mendukung diriku dianggap seperti itu. Namun,, kejadian itu membuatku yakin itu merupakan titik awal yang akan membawa perubahan pada diriku. Benar saja,, sejak saat itu aku merasakan perubahan yang terjadi pada diriku,, baik perubahan fisikku maupun perubahan dalam pola berpikirku.
Sampai saat ini pun,, aku masih mengalami proses perkembangan diri. Semoga perkembangan yang terjadi pada diriku dapat membuat aku menjadi seorang yang lebih dewasa dalam menghadapi kehidupan baik sekarang maupun yang akan datang. Dan semoga perkembangan diriku pun dapat membawa pengaruh yang positif untuk orang-orang disekelilingku.